Selasa, 25 Januari 2011

Solusi Hidup Bahagia Agar Tidak Dipusingkan Uang


Salah  satu perilaku yang menciderai kehidupan  masa kini  adalah keputusasaan  dan  takut hidup tanpa memiliki uang yang banyak. Uang  seolah   sangat menentukan  hidup matinya manusia modern.   
            Dua  puluh empat jam sehari manusia dituntut   mendapatkan  uang agar bisa bertahan  untuk  memenuhi kebutuhan  hidup. “Time is money” ,  artinya  tak sedikitpun   rela waktu dibiarkan tercecer sia-sia tanpa  usaha  untuk mendapatkan  uang. Selama  masih bernapas  manusia  berlomba-lomba  memburu uang  dan menimbunnya  sebanyak mungkin.
            Ketika  uang  yang ditimbun tiba-tiba  merosot  nilai tukarnya karena  krisis moneter, maka  dalam tempo singkat kekayaannya  mengalami  kebangkrutan. Seperti saat  terjadi  krisis moneter 1998 yang  telah membuat banyak orang  stres  karena  dipusingkan oleh  simpanan rupiah yang nilainya terpuruk. Sebuah pengalaman  yang mungkin dapat menyadarkan kita supaya  tidak terlalu mendewakan  uang, dengan menyikapinya  secara bijak melalui langkah-langkah berikut.
            Langkah pertama, kita  segera sadar  bahwa  uang  hanyalah alat tukar semata. Dalam sejarah  sebelum   manusia  mengenal  uang,   seluruh  kegiatan transaksi  dilakukan melalui sistem  barter  yang sarat dengan prinsi-prinsip moral untuk  menjaga harmoni sosial dalam masyarakat primitif. Kemudian  dorongan untuk  memiliki materi dan hasrat  memenuhi kebutuhan konsumsi telah mengubah  prinsip  pertukaran  untuk mencari keuntungan  sehingga  digunakan uang  sebagai alat transaksi.
            Sebagai alat transaksi,  uang  telah membuat sistem pertukaran  dalam masyarakat modern kehilangan  basis moral serta  bersifat mekanis  dan  rasionalistik.  Transaksi  pertukaran  menggunakan uang  tak mampu menjaga kepentingan  harmoni sosial dalam masyarakat  modern.  Karena  apa saja  yang mengandung  nilai komoditas dapat diperdagangkan  dengan  menggunakan  uang.
            Langkah kedua,  kita perlu  membedakan antara bekerja dan berkarya  sebagai modus  operandi yang sama-sama  menghasilkan  uang. Bekerja adalah  tuntutan  untuk memenuhi kebutuhan  hidup  yang lebih  bersifat biologis. Sedangkan berkarya  itu lebih  daripada  sekadar bekerja karena di dalamnya mengandung  nilai prestasi dan manfaat bagi  orang lain.  Seorang  pengemis  pun bekerja  dengan  mengharap derma, tetapi  petani yang bercocok tanam itu berkarya untuk menghasilkan  bahan pangan  guna  dijual ke pasar. Keduanya sama-sama  mendapatkan  uang, namun  petani mendapatkannya  dengan kepuasan  batin  yang tak  ternilai.
            Langkah ketiga,   kita  perlu  menyadari  bahwa  kebahagiaan  tidak bisa  diukur  dengan  uang semata. Sejatinya  uang memang penting, tapi bukan uang yang menambah kebahagiaan.  Kita  sering mendengar keluarga orang kaya  berantakan, banyak  uang tapi  tidak bahagia.  Dengan uang semua  kenikmatan mungkin dapat dibeli terkecuali nikmat kebahagiaan.   Si miskin  yang tidak  memiliki cukup uang pun  dapat menikmati  senyum kebahagiaan tersendiri.
            Langkah  keempat, kita  perlu banyak  belajar dari orang kaya  yang sukses.  Orang kaya yang  sukses adalah  orang yang bahagia. Mereka  bahagia bukan  hanya  karena  memiliki banyak uang,   tetapi  juga  ditentukan oleh sudut pandangnya  yang  benar dalam memaknai uang  bagi kehidupannnya.   Orang  kaya yang bahagia   memaknai  tujuan mencari  uang  bukan sekadar  mencapai target ambisinya  memiliki lebih banyak harta, tetapi juga  termasuk untuk  aktualisasi diri.  Mereka  tidak menganggap uang sebagai solusi  terhadap  segala persoalan.  Uang bagi mereka,  ketika  memilikinya  dan saat kehilangan  tidak terlalu  berbeda. Yang utama   adalah aktivitas yang dilakukan  sehingga  kemudian bisa  memberi dampak   yang menghasilkan uang.
            Pada umumnya  orang kaya mencari  uang  adalah suatu  yang menggembirakan. Mereka  melakukan  berbagai aktivitas dalam rangka mencari uang  dengan rasa gembira, menikmati apa yang dilakukannya.  Sedikit  atau banyak uang  yang diperoleh  dari aktivitas  yang menggembirakan  tentu  memiliki makna  yang memuaskan dirinya.  Uang tetaplah sarana, sedangkan  tujuannya  adalah  kebahagiaan  yang memiliki  nilai-nilai hakiki,  sejati  dan  abadi. Mensyukuri  adalah  kunci utama  solusi  hidup bahagia. Insya’allah…(*)Matarindo News. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar