Menjelang Usia hampir 100 tahun, Muhammadiyah mengalami dinamika internal yang memerlukan pembenahan serius. Keterlambatan dan ketidaktepatan metode pembenahan akan mengakibatkan makin meluasnya problem internal organisasi.
Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) PDM Brebes, Drs.H. Maksum, menegaskan agar Muhammadiyah tetap terjaga dan eksis di tengah perkembangannya yang pesat maka sangat mendesak untuk melakukan revitalisasi gerakan. “Maksudnya adalah peneguhan dan pencerahan dalam berideologi Muhammadiyah,” ujarnya ketika bertindak sebagai narasumber dalam forum Darul Arqam PCM se-Kabupaten Brebes beberapa waktu lalu.
Problema internal organisasi, lanjut Maksum, telah melemahkan ikatan ideologis dalam gerakan Muhammadiyah. Padahal fungsi ideologi sangat penting sebagai kekuatan perekat idealisme dari sistem gerakan yang meliputi segenap kebijakan dan keputusan persyarikatan.
Menurut dia, ideologi juga berfungsi untuk mengokohkan dan mengoptimalkan terwujudnya misi gerakan Muhammadiyah yaitu penegakkan dan permunian tauhid, penyebarluasan islam yang bersumber pada alquran dan alsunnah, serta mewujudkan amal islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam mewujudkan misinya Muhammadiyah melakukan usaha-usaha meliputi: meningkatkan penghayatan dan pengamalan islam dalam kehidupan keseharian; meningkatkan iptek, ekonomi, penegakkan hukum demi peningkatan harkat dan martabat ummat; meningkatkan ukhuwah islamiyah di muka bumi.
Problem internal organisasi yang bersumber dari melemahnya fungsi ideologi Muhammadiyah teraktuliasasi dalam praktik-praktik keseharian yang menunjukkan kurangnya semangat keikhlasan, terkikisnya sikap jujur dan amanah, kendurnya solidaritas, dan rendahnya disiplin organisasi. Lemahnya fungsi ideologis ini merupakan problema internal organisasi yang rawan akan menimbulkan benturan kepentingan sehingga konflik pun mudah berkembang.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Majelis Kader PDM Muhammadiyah Kabupaten Brebes Yunus Anis, SE, sependapat bahwa menjelang satu abad usianya Muhammadiyah menghadapi problema internal organisasi berupa lemahnya komitmen kader dalam bermuhammadiyah. Gerak perkaderan di Muhammadiyah belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena adanya beberapa hal berikut.
Pertama, amal usaha Muhammadiyah (AUM) belum memberi kontribusi terhadap perkaderan dan kurang dalam menguatkan ikatan identitas islam yang bermuhammadiyah. Kedua, pimpinan dan anggota Muhammadiyah belum menjadi contoh sebagai muslim yang bermuhammadiyah. Ketiga, keluarga Muhammadiyah kurang mendorong putra-putirinya menjadi genenerasi penerus persyarikatan. Keempat, pimpinan dan anggota Muhammadiyah kurang percaya diri terhadap persyarikatan. Kelima, tidak sedikit anggota Muhammadiyah yang menggunakan peryarikatan untuk tujuan sesaat dan sekadar mencari keuntungan pribadi. Keenam, peran mubalig yang belum sesuai dengan tarjih ikut terlibat dalam dakwah Muhammadiyah sehingga mengaburkan paham persyarikatan. Ketujuh, kurang pembinaan generasi muda ke dalam wadah ortom Muhammadiyah.
Menghadapi problem-problem tersebut, lebih lanjut Anis mengajak segenap keluarga besar peryarikatan untuk meneguhkan kembali komitmen dalam bermuhammadiyah. Berikut langkah-langkah yang menurutnya sangat diperlukan untuk meneguhkan komitmen yaitu: niati dengan ikhlas lillahi ta’ala, menjalankan fungsi ibadah dan kekhalifahan, amal dan jihad fi sabilillah, konsisten dalam berkhikmat, berpaham agama sesuai paham Islam dalam Muhammadiyah, berideologi Muhammadiyah, memperkokoh sistem gerakan, mengembangkan wawasan, taat asas dan keputusan organisasi, bermusyawarah dan ukhuwah, mengembangkan amanat dan menjadi pelaku gerakan, memajukan Muhammadiyah, serta berkiprah dalam memajukan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan.
Dengan langkah nyata dalam meneguhkan komitmen bermuhammadiyah, maka diharapkan akan terbentuk profil kader Muhammadiyah yang dipercaya dan dapat menjadi teladan masyarakatnya. Profil kader Muhammadiyah yang memiliki kepribadian dalam aqidah, akhlaq, ibadah dan muamalah.
Dalam hal aqidah ditunjukkan dengan kepribadian kader Muhammadiyah yang memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah SWT yang benar, ikhlas dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad ar rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin dan muhsin yang paripurna. Setiap kader Muhammadiyah wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid, dan menjauhi serta menolak syirik, takhayul, bid’ah dan khurafat yang menodai iman dan tauhid kepada Allah SWT.
Dalam hal akhlaq berarti setiap kader Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku nabi dan mempraktikkan akhlaq mulia, sehingga menjadi uswah hasanah yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Setiap kader Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas, dalam wujud amal-amal saleh dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku riya, sombong, ishraf, fasad, fahsya dan kemunkaran. Di mana dan kapan pun kader Muhammadiyah dituntut menunjukkan akhlaq mulia (akhlaq karimah) sehingga disukai / diteladani dan menjauhkan diri dari akhlaq tercela (akhlaq madzmumah) yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesama. Dalam urusan sehari-hari mereka harus menjauhkan diri dari perbutan korupsi, kolusi serta praktik-praktik yang merugikan publik dan kehancuran dalam kehidupan ini.
Dalam hal ibadah setiap kader Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa / hati ke arah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari nafsu buruk, sehingga terpancar kepribadian saleh yang menghadirkan kedamaian dan kemanfaatan bagi diri san sesamanya. Setiap kader Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdinah dengan sebaik-baiknya dan menghidup-suburkan amal nawafil (ibadah sunnah) sesuai dengan tuntunan rasulullah, serta menghiasa diri dengan iman yang kokoh, ilmu yang luas , dan amal saleh yang tulus sehingga tercermin dala kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.
Sedangkan dalam hal muamalah duniawiyah dimaksudkan kader Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi kehidupan di dunia secara aktif dan positif, serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, islam dan ihsan, dalam arti berakhlaq karimah. Kader Muhammadiyah juga senantiasa berpikir secara burhani, bayani dan irfani, yang dapat membuahkan karya-karya pemikiran maupun amaliah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi hablumminallah dan hablumminannas, serta maslahat bagi kehidupan umat manusia. Mereka harus mempunyai etos kerja islami seperti: kerja keras, disiplin, tidak menyia-yiakan waktu, berusaha secara maksimal / optimal untuk mencapai tujuan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar