Selasa, 25 Januari 2011

Mencari Figur Pemimpin yang Kuat Kemandirian Finansial, Kecakapan Manajerial dan Keluasan Intelektual


Siapapun  yang  terpilih  menjadi  orang  nomor satu  di jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)  Kabupaten Brebes  periode mandatang, akan  dihadapkan  pada  persoalan  internal  yang mengancam  eksistensi persyarikatan.. Dibutuhkan  figur pimpinan yang kuat ditandai  dengan sedikitnya  memiliki tiga kemampuan  sekaligus,  yaitu kemandirian  finansial, kecakapan  manajerial dan  keluasaan  intelektual 

Kemampuan  finansial merupakan  keniscayaan  dalam  realita  sosial yang berkembang  di bawah kapitalisme dunia  sekarang ini.  Karakter  kapitalis  yang menggunakan  ukuran serba  materi (uang)  sudah  merasuki ke  alam pikiran   terdalam. Pragmatisme  uang menyeruak di tengah  kemiskinan  telah   menimbulkan  berbagai kesenjangan  sosial.
Seorang  calon  pemimpin  dengan  kemampuan  finansial  yang berlebih   menjadi energi kuat  untuk  menarik  massa  pengikutnya.  Terutama  di ranah  politik, jabatan  terbiasa  dapat   dibarter  setimpal  dengan  kepentingannya. Sedangkan   di medan   dakwah seperti  Muhammadiyah   tidak dikenal politik uang  karena  kepemimpinan  adalah  amanah yang  “haram”  dijual-belikan.
Namun,  kecenderungan  pragmatisme  uang yang semakin  menguat dalam  masyarakat   akan mengkondisikan  figur  ideal seorang  pimpinan lembaga  dakwah  pun  perlu  memiliki kemampuan finansial  yang cukup.  Terlebih  bagi  Muhammadiyah  yang citranya  dalam masyarakat  sudah  dikenal  baik  dengan   kiprah badan  amal usaha    yang   maju  secara  ekonomi.
Itu  tidak berarti  figur  pimpinan  Muhammadiyah  hanya  milik  mereka  yang kaya  atau  berlebih  saja.  Di sini  yang terpenting  bukanlah  ukuran  kaya  secara kuantitas,  tetapi lebih pada  kualitas  pribadinya  sebagai  figur  yang memiliki  kemandirian  finansial.  Mereka  tidak harus  seorang  pengusaha kaya  raya,  karena  banyak diantaranya  adalah penunggak kredit macet yang menunjukkan  kelemahan dalam kemandirian  finansial.  Sebaliknya, tidak sedikit  pegawai dan karyawan   yang dapat mendedikasikan pemikiran  dan tenaganya  untuk masyarakat   karena  memiliki kemandirian finansial.           
Seorang pemimpin  yang memiliki kemandirian  finansial  tidak akan  menggunakan jabatan  untuk  kepentingan  pribadinya.  Kemandirian finansial  bagi  seorang  yang  akan duduk di kursi pimpinan  Muhammadiyah  menjadi syarat utama  agar mereka kelak  tidak mencari  penghidupan di peryarikatan, tetapi  akan  menghidupi persyarikatan dengan  kepemimpinannya  yang amanah.
Syarat  kedua  figur  pemimpin yang kuat adalah  kecakapan  manajerial.  Muhammadiyah  merupakan   gerakan  dakwah  yang  mengenalkan  prinsip-prinsip manajemen  modern.  Kecakapan  manajerial  menjadi syarat penting  yang perlu  dimiliki oleh  setiap  calon  pimpinan  Muhammadiyah.  Dan,  untuk  mendapatkan  kader Muhammadiyah  yang memiliki kompetensi  teknis  manajemen  tidaklah  terlalu sulit. Karena, Muhammadiyah  melalui  amal usaha  pendidikan  telah  banyak    mencetak alumninya  menjadi   teknokrat dan birokrat  yang tersebar hingga pelosok.
Namun  kecakapan  manajerial  bagi  pimpinan  Muhammadiyah  tidak hanya diukur   berdasarkan kompetensi  teknis  manajemen semata.  Syarat  kecakapan manajerial  di sini  meliputi  pula  aspek-aspek  non teknis, seperti  aqidah,  akhlaq, ibadah dan muamalah  yang  harus  sejalan  dengan  paham islam  dalam bermuhammadiyah.  (Baca:  Revitalisasi  Gerakan Memperkokoh Komitmen  Bermuhammadiyah).      
Syarat ketiga  figur  pemimpin yang dibutuhkan  oleh Muhammadiyah  adalah  memiliki keluasan  intelektual  yang  menunjukkan  kematangan  pribadinya  dalam  bermuhammadiyah  dengan  sempurna, bukan karbitan.  Keluasan  intelektual ditandai  dengan  kapasitas wawasannya  yang melintasi zaman,  integritas  pribadinya  yang  humanis, dan  kapabilitas  kerja kepemimpinannya  yang  visioner.
Dapatkah  Musda    menjaring  figur kepemimpinan  yang ideal   untuk  melakukan  revitalisasi gerakan    dalam  rangka  memperkokoh komitmen  bermuhammadiyah?  Jawabannya  terpulang  kembali kepada pertanyaan sejauh mana  proses kaderisasi di  Muhammadiyah  sudah berjalan  dengan  baik!...  (*)                    

Saefudin  Abdurachim
Wakil Ketua Lembaga Perberdayaan  Masyarakat
PD Muhammadiyah Brebes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar